Jumat, 19 Februari 2010

Kita Bisa Mempercayai Alkitab

Beberapa "Pemberontak" terkenal, yang menenggelamkan kapal Inggris "Bounty", akhirnya terdampar dan tinggal dengan wanita pribumi di pulau terpencil pitcairn, Pasifik Selatan. Kelompok ini terdiri dari sembilan pelaut Inggris, enam pria Tahiti, sepuluh wanita Tahiti dan seorang gadis berusia 15 tahun. Seorang dari pelaut itu menemukan bagaimana menyuling alkohol dan segera seluruh koloni pulau itu rusak karena mabuk-mabukan. Perkelahian di antara pria dan wanita disitu berkembang menjadi saling melakukan kekerasan. Setelah beberapa waktu kemudian hanya satu dari orang yang mula-mula mencapai pulau itu hidup. Tetapi orang ini Alexander Smith, menemukan sebuah Alkitab dari peti yang di ambil dari kapal. ia mulai membacanya dan mengajarkan orang lain apa yang dikatakan Alkitab itu. Sementara ia melakukan ini hidupnya sendiri berubah, dan akhirnya mengubah kehidupan semua yang berada di pulau itu.

Orang-orang pribumi sangat terisolasi dari dunia luar sampai datangnya kapal "Topaz" dari Amerika Serikat pada tahun 1808, para awak kapal menemukan dipulau itu suatu masyarakat yang mengagumkan, makmur tanpa minuman keras, tanpa penjara, tanpa kejahatan. Alkitab telah mengubah pulau itu dari neraka dunia menjadi satu contoh dari apa yang Allah inginkan terjadi bagi dunia ini. Keadaan tersebut tetap demikian sampai sekarang ini.